Hari Jadi Kabupaten Situbondo
Penelusuran Hari Jadi
Kabupaten Situbondo berlangsung melalui
proses kajian yang cukup panjang melibatkan seluruh stakeholder, baik sejarawan, pelaku sejarah, akademisi,
pejabat pemerintah maupun kalangan wakil rakyat. Dengan asistensi pakar
dari lembaga Perguruan Tinggi serta peran aktif Kelompok Peduli Budaya dan
Wisata Daerah Jawa Timur, Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten, menerbitkan
Buku Quo Vadis Hari Jadi Kabupaten Situbondo, yang memuat tonggak-tonggak
terpenting dan monumental, sekaligus argumentasi akademik yang memadai terhadap
peristiwa-peristiwa bersejarah mulai masa pra kolonial, masa penjajahan, masa
kemerdekaan dan pasca kemerdekaan
sebagai bahan pendalaman sejarah lokal.
Pada Masa Hindia Belanda, dalam rangka meningkatkan
stabilitas pemerintahannya telah diangkat beberapa Bupati, diantaranya di
wilayah ujung timur adalah Bupati Bondowoso dan Bupati Panarukan. Bupati
Pertama adalah Raden Tumenggung Ario Surjo Amidjojo yang memiliki nama kecil
Kanjeng Pandu. Beliau adalah putra
Bupati Pribumi I Besuki yang memerintah Panarukan dari Tahun 1850-1859.
Bupati saat itu merupakan pejabat tertinggi dalam
pemerintahan birokrasi pribumi, yang membawahai para Wedhana. Dalam menjalankan
roda pemerintahan ia dibantu oleh seorang Patih Kabupaten yang berkedudukan di
Situbondo. Hingga Tahun 1910 wilayah
Kabupaten Panarukan terbagi menjadi 4 Kawedhanan, Yaitu Situbondo, Panaroekan,
Prajekan dan Soemberwaroe. Pada akhir pemerintahan Kolonial Belanda terjadi perubahan cakupan kekuasaan dari
Kabupaten Panarukan. Distrik Besuki yang dalam Keputusan pemerintah Hindia
Belanda pada tahun 1901 masuk dalam wilayah Kabupaten Bondowoso, pada Tahun 1931 masuk dalam daftar wilayah
Kabupaten Panarukan. Sejak itu, Panarukan terdiri dari Distrik Besuki, Distrik
Panarukan, Distrik Situbondo dan Distrik Sumberwaru.
Nama Panarukan sangat dikenal berdasarkan penemuan sumber
sejarah sejak lama. Sebagai tempat persinggahan para pedagang sejak Zaman
Portugis, Panarukan menjadi ramai, bukan saja para pedagang tetapi juga para
pelancong dan bahkan hingga Tahun 80-an nama Panarukan masih banyak dikenal
oleh masyarakat luar daerah. Ketika Kabupaten Panarukan berdiri, terutama
setelah Masa kemerdekaan, berbagai aktifitas pemerintahan dan hubungannya
dengan pihak luar diselenggarakan di Distrik
Situbondo.
Berdasarkan kenyataan tersebut dan dengan pertimbangan untuk
kepentingan kelancaran jalannya roda pemerintahan seiring dengan perkembangan
kemajuan daerah, maka nama dan tempat kedudukan Pemerintah Daerah Kabupaten
panarukan diubah dan dipindahkan dari Panarukan ke Situbondo pada Era Bupati K.
Achmad Tahir Hadisoeparto Tahun 1972. Kegiatan pemerintahan dengan nama
resmi Situbondo berawal pada tahun
tersebut, yang secara yuridis formal
dibuktikan dengan dokumen sejarah sebagaimana tertera dalam Peraturan pemerintah Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 1972 Tanggal 19 September 1972 tentang Perubahan nama
dan Pemindahan Tempat Kedudukan pemerintahan Kabupaten Panarukan menjadi Kabupaten Situbondo dengan tempat
Pemerintahan di Situbondo. Sebagai konsekuensi dari diterbitkannya Peraturan
pemerintah tersebut maka sejak tanggal 19 September 1972 terjadi perpindahan
jalannya roda pemerintahan dan pembangunan secara resmi dari Panarukan ke
Situbondo.
Hari Jadi merupakan
tonggak sejarah dimulainya pemerintahan
suatu daerah, yang akan dikenang
sepanjang hayat sebagai sumber motivasi bagi masyarakat dalam menapak kehidupan
yang adil, sejahtera dan berdaya saing, lebih-lebih dalam paradigma kehidupan pemerintahan yang
desentralistik di Era Otonomi Daerah saat ini.Sebagai sebuah identitas yang
menjadi kebanggaan masyarakat, Hari Jadi suatu daerah adalah muara dalam menggalang solidaritas,
rasa memiliki dan rasa cinta terhadap daerah sehingga mendorong
kreatifitas masyarakat untuk berkarya
dan membangun demi kemajuan daerah.
Setelah bertahun-tahun menjadi pertanyaan berbagai akhirnya
DPRD Kabupaten Situbondo menyetui Hari Jadi Kabupaten
Situbondo(Harjakasi). Seluruh Fraksi sepakat penetapan Harjakasi merujuk
pengangkatan Raden Aryo Prawiro Adhiningrat, sebagai Bupati Besuki pertama,
pada tanggal 15 Agustus tahunn 1818. Penetapan Harjakasi ini sekaligus merubah
Perda Nomor 6 tahun 2009, yang menetapkan Harjakasi pada tahun 1972. Setelah
Pemkab melakukan serangkaian penelitian sejarah maupun hearing publik, Nama
Bupati Besuki pertama selain masuk arsip nasional, beberapa jasa-jasanya hingga
saat ini masih dinikmati warga Situbondo.Raden Aryo Prawiro Adhiningrat,
merupakan Bupati yang membangunn saluran irigasi Dam Siluwis. Tidak hanya itu,
selama menjadi Bupati, Raden Aryo Prawiro Adhiningrat, juga mendirikan sekolah
pertama di Situbondo, yang sekaligus ditetapkan sebagai sekolah ke delapan di
Pulau Jawa.
Dengan ditetapkannya
Hari Jadi Kabupaten Situbondo pada tanggal 19 September 1988 semoga menjadi
motivasi bagi masyarakat untuk meningkatkan kecintaan dan kebanggaan terhadap
daerah, khususnya dalam meningkatkan daya saing daerah di Era Otonomi Daerah, dengan terus
meningkatkan kreatifitas menggali potensi daerah dalam berbagai sektor
pembangunan, termasuk pembangunan seni
budaya dan pariwisata yang dapat
dijadikan identitas daerah Situbondo sebagai daerah yang Sehat, Aman, Nyaman,
Tertib, Rapi dan Indah sesuai Motto
Daerah “SANTRI”.Situbondo.
0 komentar: